Bupati Eka “Tantang” Mang Gita Buat Lagu Sampah

  • 20 Januari 2018
  • 12:08 WITA
  • News

RedRiceBalinews.com, TABANAN
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti “menantang” I Nyoman Sugiarta alias Mang Gita Perbekel Sangketan Kecamatan Penebel, Tabanan membuat lagu bertema penanganan sampah.

“Tantangan” tersebut diutarakan Bupati Eka dalam sambutanya  saat meresmikan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 3R (Reduce, Reuse, Rycicle)  di Kawasan Warisan Budaya Dunia, Banjar Kesambahan Kelod, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Jumat ( 19/1/2018).

Eka Wiryastuti sangat perihatin dengan bahaya yang ditimbulkan oleh sampah. Apalagi bahaya sampah plastik. Karena berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bandung Jawa Barat, sampah plastik itu mengandung bakteri yang mengakibatkan anak yang baru lahir mengalami kecacatan. “Ayo sama sama kita perangi sampah,” jelasnya.   Berbagai cara harus dilakukan, misalnya membuat video pendek mengenai penanganan dan bahanya sampah.  Eka juga meminta kepada I Nyoman Sugiarta alias Mang Gita perbekel sangketan yang juga hadir dalam peresemian TPS 3 R memerangi sampah melalui lagu. “Ayo sama sama kita perangi sampah, keluarkan lagu memerangi sampah Mang Gita,” pinta  Eka Wiryastuti. Ditantang membuat lagu mengenai sampah, Mang Gita yang hadir dalam persemian TPS 3 R saat itu hanya senyum senyum memanggukan kepalanya.

Terkait pembangunan TPS 3R  tersebut, Bupati Eka mengatakan ini merupakan salah satu langkah untuk menata kawasan Jatiluwih yang merupakan Warisan Budaya Dunia agar tetap ajeg dan lestari. Kendatipun masih banyak yang perlu disempurnakan lagi, pihaknya berharap TPS 3R ini dapat berjalan dengan baik. “Pembinaan masyarakat dalam mengolah sampah juga bisa dilakukan misalnya bekerjasama dengan Bekraft, karena tidak hanya untuk membuat lingkungan bersih, bagaimana agar pengolahan sampah juga bisa mengangkat ekonomi rakyat,” tegasnya.


Manajer Operasional DTW Jatiluwih, I Nengah Sutirtayasa mengatakan bahwa TPS ini dibangun bertujuan untuk menciptakan lingkungan Desa yang asri dan terbebas dari sampah utamanya sampah plastic, terlebih Desa Jatiluwih merupakan kawasan pariwisata. “Disamping itu kita juga melihat masih ada masyarakat yang membuang sampah sembarangan serta kurang pahamnya masyarakat dalam mengolah sampah,” ungkapnya.  Atas dasar itulah , Desa Jatiluwih dibantu Dinas Lingkungan Hidup Tabanan dengan anggaran yang bersumber dari APBD 2017 untuk mendirikan TPS 3R tersebut. Manajemen DTW Jatiluwih pun kemudian diberikan otonomi untuk mengelola TPS 3R. “Jadi di tahun 2015 kita membeli lahan seluas 10 are kemudian di tahun 2016 kita buat bangunan sementara dan di tahun 2017 TPS ini kita bangun,” imbuh Sutirtayasa.

Dalam sehari, TPS 3R ini dapat mengolah 20 meter kubik sampah yang berasal dari masyarakat di Desa Jatiluwih serta sampah dari DTW Jatiluwih serta akomodasi yang ada di kawasan DTW Jatiluwih, dengan bantuan mesin pencacah dan mesin pembuat pupuk. Dimana dari sampah tersebut, 30 persen merupakan sampah organic, 10 persen sampah plastic dan 60 persen residu. “Karena kita baru mengawali maka residunya masih banyak karena sampah belum terpilah,” lanjutnya.

Sampah organic selanjutnya diolah menjadi pupuk kemudian ada juga yang diolah menjadi kerajinan seperti mangkuk atau gelas dari batok kelapa, serta ingka dari Koran. Sedangkan untuk sampah plasti seperti kresek masih dijual ke pengepul. “Sedangkan untuk residu kita masih bekerjasama dengan DLH, jadi diambil dan dibuang ke TPA,” tegasnya.  RRBNC
 


TAGS :

Komentar