Balingkang Kitamani Festival 2019, Upaya 'Merujuk' Kembali Wisatawan Tiongkok

  • 30 Januari 2019
  • 12:33 WITA
  • News
Press Conference pelaksanaan Balingkang Kintamani Festival 2019, Rabu 30 Januari 2019, di Hotel Griya Santrian Sanur (foto: Balitopnews.com)

Balitopnews.com, Denpasar - Wisatawan Tiongkok tidak dipungkiri merupakan pasar wisatawan yang sangat besar bagi pariwisata Indonesia, khususnya Bali.

Data terbaru yang dikeluarkan oleh UNWTO, tahun 2018 menunjukan jumlah wisatawan internasional mencapai 1.4 milliar.

Yang mana angka ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 1.322 milliar wisatawan yang melakukan perjalanan internasional.

Dari jumlah tersebut turis asal Tiongkok masih mendominasi dengan kontribusi jumlah wisatawan sebanyak 131 juta wisatawan di tahun 2017 secara global.

Pemerintah Provinsi Bali sendiri menargetkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali pada tahun 2019 sebanyak 1,5 juta – 1,6 juta.

Namun, akibat adanya praktik-praktik curang yang dilakukan penyedia jasa pelayanan pariwisata yang berkongsi dengan toko-toko shoping Tiongkok, membuat citra pariwisata Bali menjadi tercoreng.

Dampak dari kejadian tersebut membuat minat wiasatawan Tiongkok untuk berkunjung ke Bali menjadi menurun.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada November 2018, kunjungan wisatawan Tiongkok turun 37,51%, menduduki posisi kedua, yang sebelumnya selalu peringkat satu kunjungan tertinggi ke Bali.

Untuk itu, guna mengembalikan citra pariwisata Bali di mata wisatawan Tiongkok dan menggairahkan kembali kunjungan wisman Tiongkok ke Bali, Pemerintah Provinsi Bali bersama stakeholder pariwisata membuat festival Chinese New Year 2019, 6 Februari nanti.

Featival ini juga dipadukan dengan Balingkang Kintamani Festival 2019. Maksudnya adalah untuk lebih mengikat wisatawan Tiongkok secara budaya, karena sejak dahulu memang sudah ada hubungan yang erat.

Mengawali pelaksanaan Balingkang Kintamani Festival 2019 ini, panitia menginisasi digelarnya sebuah seminar.

Seminar ini bertujuan untuk mengupas dan menyamakan pemahaman akan keterhubungan Bali dengan Tiongkok dalam dari perspektif sejarah kerajaan Balingkang.

Sehingga memperkuat ikatan dengan antara Bali dengan Tiongkok.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Panitia Pelaksana Balingkang Kintamani Festival 2019, IB. Agung Partha Adnyana saat pembukaan seminar tersebut, yang diselenggarakan di Hotel Griya Santrian, Rabu 30 Januari 2019.

IB Agung Partha Adnyana, yang juga sebagai Ketua Bali Tourism Board (BTB) ini mengatakan, di dunia ini kisah romance tidak pernah habis. Romeo and Juliet contohnya. Semua orang tahu sampai ke kampung pun mengetahui kisah itu.

Di Bali juga, lanjutnya, ada kisah romance yaitu Jaya Pangus dan Kang Cing Wie dan IB Sri Danu. Cinta segitiga itu telah menorehkan kisah cinta yang romantis.

“Bagi Bali, Cina bukan sekedar teman lagi, tapi sudah seperti sahabat, more than friends. Kita ingin menunjukan sisi akulturasi budaya, karena hal-hal budaya lebih menunjukan sisi yang lebih berkualitas,” ungkapnya.

“Kita harus kemas agar orang antusias menonton,” imbuhnya. Cerita juga akan dipadukan dengan bukti langsung peninggalan kerajaan Balingkang di Kintamani seperti kawasan pura sehingga pertunjukan ini akan menjadi pengalaman yang unik untuk dinikmati wisatawan Tiongkok.

Ia berharap Balingkang Kintamani Festival bisa menjadi langkah awal revitalisasi pasar wisatawan Tiongkok di Bali yang sebelumnya sempat mengalami penurunan. Sementara untuk seminarnya sendiri akan dilaksanakan dua kali, yang kedua akan diselenggarakan besok di Kintamani Geo Park.

Sementara itu, Kepala dinas Prov. Bali Anak Agung Gede Yuniartha dalam sambutannya juga mengungkapkan bahwa Bali dan Tiongkok memiliki kaitan sejarah kuat sejak ratusan tahun lalu.

Jejak kerajaan Balingkang di wilayah Kintamani menjadi bukti jalinan ikatan antara Bali dan Tiongkok. Hal itu, kata Yuniartha juga terjadi di era sekarang ketika wisatawan asal Tiongkok selalu menempati posisi terbanyak dari turis yang datang ke Bali.

Hanya saja, lanjutnya, saat muncul persoalan ‘Bali dijual murah’ kepada turis oriental itu, jumlah wisatawan Tingkok menurun drastis dan menempati posisi kedua dari jumlah turis asing yang secara reguler datang ke Bali.

“Bagaimana nanti kita bisa mendatangkan lagi turis Tiongkok dalam jumlah lebih besar Kedepan kita akan buat kegiatan yang lebih sempurna,” ujar Gede Yuniartha.

Sementara, Konsulat Jenderal Tiongkok di Bali Gou Hao Dong yang diwakili oleh sang istri, Madam Sun Lihua, memberikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Bali atas terselenggaranya Balingkang Festival.

“Bali dan China punya sejarah panjang, itulah kenapa saya disini, untuk jadi jembatan turis dari negara kami datang lebih banyak ke Bali. Saya melihat masa depan yang cerah,” jelas Sun.

Balingkang Kintamani Festival 2019 akan melibatkan seluruh masyarakat di Kecamatan Kintamani. Disitu ada 5 Desa yang berada di kawasan Danau Batur yakni, Desa Buahan, Desa Trunyan, Desa Songan, Desa Kedisan dan Desa Batur. Ditambah lagi, keterlibatan 15 desa diluar areal Danau Batur.

Untuk memaksimalkan festival ini, juga akan disediakan pemandu wisata yang berbahasa mandarin untuk mengkomunikasikan inti cerita kepada para wisatawan.

Karakteristik wisatawan asal Tiongkok yang banyak mengandalkan rekomendasi dari keluarga dan kerabat serta ulasan sosial media saat memilih sebuah destinasi untuk berlibur, diperlukan strategi publikasi yang tepat.

Panitia akan menggunakan baik mass media asal Tiongkok maupun sosial media khusus seperti WeChat dan Weibo untuk dapat menyiarkan dan mempublikasikan kesuksesan festival ini nantinya. Selain itu juga panitia berusaha mengundang Key Opinion Leader (KOL) atau media influencer asal negeri tirai bambu untuk lebih menguatkan gaung festival ini. (*/Nyai)


TAGS :

Komentar