Baga Utsaha Padruen Desa Adat, Perkuat Eksistensi Desa Adat Bali

  • 20 Februari 2019
  • 12:32 WITA
  • News
Gubernur Bali Wayan Koster saat menerima audiensi Bali Business Network (BBN) dan Perusahaan Daerah Provinsi Bali, di ruang kerjanya, Rabu (20/2). (Foto: ist/balitopnews.com)

Balitopnews.com, Denpasar - Desa Adat bukan hanya sekedar sistem sosial bagi masyarakat Bali, namun lebih dari itu, Desa Adat merupakan masyarakat Bali itu sendiri. Tradisi, budaya, adat istiadat masyarakat Bali yang membuat Bali dikenal dan dicintai dunia, tumbuh dan berkembang di dalam Desa Adat, oleh karena itu Bali tanpa Desa Adat bukanlah Bali.

Mengingat pentingnya eksistensi dan peran Desa Adat bagi masyarakat Bali tersebut Gubernur Koster berkomitmen untuk menjaga, memperkuat eksistensi dari Desa Adat, salah satunya dengan menjadikan Desa Adat sebagai salah satu pilar dalam program-program pembangunannya.

Untuk itu, setelah terbitnya Pergub No 99 tahun 2018 tentang pemasaran dan pemanfaatan produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali, Gubernur Koster mengatakan pihaknya akan menata pemasaran produk lokal dari hulu hingga ke hilir, salah satunya melalui Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA).

Upaya ini, menurut Gubernur Koster juga merupakan upaya untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan dengan melibatkan desa adat sebagai pilar pembangunan Bali. Yaitu, salah satunya dengan mengembangkan konsep mini market milik desa adat. Hal ini terungkap dalam audensi Gubernur Bali Wayan Koster dengan Bali Business Network (BBN) dan Perusahaan Daerah Provinsi Bali, di ruang kerjanya, Rabu (20/2).

Salah satu unit usaha yang akan dijalankan BUPDA adalah sejenis mini market yang saat ini sesungguhnya sudah dijalankan di beberapa desa. “Yang sudah jalan kita tata, ada juga yang baru tapi memang harus melalui proses assesment,” ujarnya.

Koster berharap unit usaha ini nantinya tidak saja berjalan secara bisnis namun juga mencerminkan kearifan lokal Bali. Ketua DPD PDIP Provinsi Bali ini berharap tidak menggunakan istilah luar seperti ‘mart’ dan arsitekturnya mencerminkan budaya Bali.

Direktur BBN I Made Abdi Negara mengatakan pihaknya terus mematangkan konsep agar rencana ini bisa berjalan berkelanjutan. “Kita tidak ingin seperti program serupa di beberapa daerah yang hanya berjalan sebentar karena kurangnya keseriusan,” kata Abdi.

Oleh karena itu pihaknya menyiapkan konsep yang mencakup tiga aspek yakni manajemen, pelatihan dan pengawasan. BBN juga akan melakukan studi dampak sosial agar program ini nantinya bisa benar-benar diterima masyarakat dan tepat sasaran.

Sementara itu Dirut Perusda Bali Suryawan Dwimilyanto berharap kehadiran dan komitmen orang-orang yang berkomitmen di bidangnya akan membuat konsep ekonomi kerakyatan ini bisa segera terwujud. (Balitopnews.com/ AMO Bali)


TAGS :

Komentar