Komitmen Majukan Pertanian, Pemprov Sambut Baik Gerakan Petani Millennial Provinsi Bali

  • 13 Maret 2019
  • 11:04 WITA
  • News

Pencanangan program Gerakan Petani Millenial Provinsi Bali Tahun 2019 oleh Kementrian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia bersama Pemprov Bali di Bagus Agro, Desa Plaga, Badung, Bali, Selasa (12/3) (Foto: ist/ Balitopnews.com).

Balitopnews.com, Badung, Bali - Pemerintah Provinsi Bali menyambut baik pencanangan program Gerakan Petani Millenial Provinsi Bali Tahun 2019 menuju Lumbung Pangan Dunia tahun 2045  oleh Kementrian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia yang dilaksanakan di Bagus Agro, Desa Plaga, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (12/3).

Ggerakan Tani Millenial ini merupakan salah satu upaya dari Kementan untuk meningkatkan produksi pertanian negara kita dengan menarik geneasri muda atau yang kini sering disebut dengan generasi Millenial, melalu program-program pelatihan, subsidi dan akses langsung ke Kementan tanpa prosedur yang berbelit-belit.

Pemerintah Provinsi Bali, yang pada kesempatan terbut hadir diwaklili oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bali IB. Wisnuardana mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Bali dibawah kepemimpinan Gubernur Koster telah memiliki semangat dan komitmen yang sama dalam membangun dan memajukan pertanian Bali.

IB. Wardana memaparkan bahwa peningkatan nilai tambah, daya saing dan kesejahteraan petani, merupakan salah satu misi utama dalam pola pembangunan semesta berencana provinsi Bali di bawah pemerintahan Gubernur Bali Wayan Koster dan Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace).

Komitment tersebut salah satunya telah tercermin dalam Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan, dan Industri lokal Bali. Dengan Pergub tersebut Pemerintah Provinsi Bali memastikan terbangunnya keterhubungan antara sektor industry pariwisata dengan sektor pertanian. Dengan demikian petani Bali dapat merasakan keuntungan dari kemajuan pariwisata Bali yang selama ini menjadi salah satu destinasi pariwisata terbaik dunia.

“Untuk mendukung misi tersebut, maka ditetapkanlah Pergub ini (Pergub No. 99 tahun 2018) yang mewajibkan pihak hotel, restoran, swalayan dan catering untuk memanfaatkan produk lokal Bali, baik produk pertanian, perikanan dan produk lokal lainnya” jelas Wisnuardana dalam acara tersebut.

Wisnuardana juga mengungkapkan bahwa Pergub No 99 ini ditetapkan sebagai regulasi untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan para petani yang notabene masih menjadi mata pencaharian sebagian besar dari penduduk Bali yang mana hari ini dihadapkan pada sejumlah masalah, diantaranya seperti alih fungsi lahan dan minimnya minat generasi muda untuk menjadi petani.

Maka menurutnya, Pergub ini sejalan dengan upaya untuk menarik minat generasi muda agar mau menggeluti bidang pertanian. “Pergub No 99 juga sejalan dengan usaha untuk menarik kaum milenial agar mau jadi petani. Isi dari pergub ini juga akan terus disosialisasikan dan juga menjadi salah satu materi dalam bimbingan teknis bagi para petani milenial yang turut menjadi peserta kali ini,” tutur Wisnuardana. 

"Salah satunya dengan pelatihan sistem teknologi informasi dan pemasaran berbasis online yang juga jadi salah satu bagian dari program kita untuk meningkatkan SDM petani terutama petani milenial kita," imbuhnya. 

Selain penetapan Pergub No. 99 tahun 2018 tersebut, Wisnuardana juga menjelaskan Pemprov Bali melalui dinas TPHP juga memberikan subsidi pupuk organik yang dibuat oleh kelompok tani dan diberikan kembali kepada petani. “Juga ditambah program dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK), berupa dana yang dapat diakses kelompok-kelompok tani dengan bunga sangat murah,” ujarnya.

Terkait program yang menyasar petani milenial, Wisnuardana mengatakan program dari Kementrian Pertanian ini merupakan salah satu upaya yang sangat baik untuk menarik kaum milenial terjun ke sektor pertanian dan tentunya akan memperkuat pula upaya pencapaian misi Pemprov Bali lewat diterbitkannya Pergub No. 99 tahun 2018 tersebut.

“Pertanian jika ditekuni secara sungguh-sungguh akan memberikan keuntungan yang besar. Mudah-mudahan dengan bimbingan teknis serta akses permodalan serta bantuan subsidi, akan meningkatkan minat generasi milenial untuk terjun ke sektor pertanian,” harap Wisnuardana.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro  dalam kesempatan yang sama menyebut sektor pertanian banyak yang menganggap sebagai sektor yang terpinggirkan, apalagi dengan pertanyaan yang banyak diyakini yakni apakah dengan jadi petani bisa kaya.

“tentu saja bisa, apalagi di Bali dimana pertanian bisa disinergikan dengan pariwisata sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus meningkatkan produktivitasnya. Ada Link yang bisa menghubungkan petani dan pelaku pariwisata serta wisatawan agar produk hasil pertanian bisa diserap oleh sektor pariwisata,” tegas syukur.

Ia juga menjelaskan bahwa dalam masa pemerintahan presiden Joko Widodo selama 4 tahun terakhir sektor pertanian menjadi salah satu sektor dengan prioritas utama dengan berbagai kebijakan yang mendukung terciptanya kondisi yang layak bagi para petani baik dari sisi produksi hingga pemasarannya.

“Dalam 4 tahun terakhir, kerja keras kita semua dengan petani sebagai motor penggeraknya telah mampu menurunkan inflasi pangan kita dari yang sebelumnya 10,57 % dan sekarang tinggal 1,26 %  bahkan di Bali, inflasi pangan sampai di angka minus 0,7 %. Ini sangat signifikan dan bisa dirasakan dengan harga pangan yang relatif stabil,” urai Syukur.

Pun demikian dengan volume ekspor produk pertanian Bali yang disebutnya meningkat hingga 199,4 % dari angka 4 tahun sebelumnya dimana 75 % merupakn ekspor hasil perkebunan. “Kopi Kintamani sekarang jadi primadona di pasar dunia. Kami di Kementan sangat mengapresiasi hal ini dan untuk tahun depan anggaran untuk Bali kita tingkatkan menjadi 285,9 Milyar untuk tahun 2019,” tukasnya.

Tahun 2019 ini menurut Syukur juga akan dicanangkan menjadi tonggak alih generasi petani di Indonesia dengan program-program yang ditujukan untuk regenerasi profesi petani kepada kaum milenial “Ini tantangan kita kedepannya termasuk juga untuk para petani di Bali,” pungkas Syukur.

Sementara itu, salah seorang petani yang juga pengusaha beras organik asal Penebel, Tabanan, Wayan Suka Arta mengapresiasi langkah Pemerintah Bali yang ingin mensinergikan antara industri pariwisata dengan pertanian di Bali mengingat selama ini petani lokal Bali seperti kurang mendapatkan imbas dari manisnya industri pariwisata yang menghasilkan begitu banyak manfaat ekonomi bagi para pelakunya.

"Untuk itu dengan adanya kewajiban bagi para pelaku industri pariwisata, termasuk juga restoran, swalayan dan catering, tentu ada semacam kepastian bagi petani untuk menjual hasil pertaniannya. Tinggal sekarang harus ada standarisasi komoditas yang dihasilkan agar bisa diterima oleh industri pariwisata, karena seperti hotel misalnya, tentu punya standar tersendiri untuk komoditas yang diserap," tukas Suka Arta.

Dalam acara tersebut dihadiri oleh perwakilan 453 Gabungan Kelompok Tani dari 7 Kabupaten se-Bali yang nantinya punya tugas untuk meneruskan pemaparan dan bimbingan teknis kepada lebih dari 12 ribu petani milenial di seluruh penjuru Bali. Nampak pula di acara tersebut, Jajaran Kementrian Pertanian, Perwakilan dinas Pertanian kabupaten Badung, serta Balai Penyuluh Pertanian Se-Bali. (Balitopnews.com/ AMO Bali)  


TAGS :

Komentar